bulansabil.blogsotpot.com
Menggabungkan Dua Niat
إِذَا اجْتَمَعَ أَمْرَانِ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ وَلَمْ يَخْتَلِف مَقْصُوْدَهُمَا دَخَلَ أَحَدُهُمَا فِي الْأَخَرِ غَالِباً
“Apabila dua perkara yang sejenis dan maksud (tujuannya) tidak berbeda berkumpul jadi satu maka secara umum salah satunya masuk kepada yang lain.” (As-Suyuti, Al-Asybah Wan Nadhair, hal: 126)
Maksudnya apabila dua perkara itu, jenis dan tujuannya sama, maka cukup dengan melakukan salah satunya. Maka dapat dipahami bahwa menggabungkan dua bentuk ibadah dalam satu niat adalah boleh asalkan bentuk dan tujuan daripada ibadah tersebut tidak berbeda, atau salah satu di antara keduanya tergolong ibadah yang tidak berdiri sendiri (ghairu maqshudah li dzatiha) seperti tahiyatul masjid digabungkan dengan shalat sunnah lainnya yang sejenis.
sedangkan bentuk ibadah yang sama-sama masuk dalam katagori maqshudah lid dzatiha, maka tidak boleh digabungkan dalam satu amalan, seperti shalat rawatib dengan shalat fardhu atau puasa wajib dengan puasa syawal. Sebab, masing-masing dari keduanya berdiri sendiri dan tidak boleh disatukan dalam satu amalan. Wallahu a’lam bis shawab!
Semoga manfaat dalam kehidupan kita.