bulansabil.blogsotpot.com
Batang - Sebelum
terbentuk masjid yang seperti sekarang, dahulu pernah ada yang mewakafkan tanah
dan sudah didirikan mushola. Tetapi, ternyata tanah wakaf itu bermasalah
sehingga menimbulkan pertikaian di masyarakat Wedisari. Sehingga mushola yang
sudah berdiri itu tidak terawat. Bahkan, dengan sendirinya mushola itu roboh.
Sampai sekarang tidak jelas kemana material dari mushola yang roboh itu. Karena
kesungguhan niat dari masyarakat Wedisari yang ingin mendirikan masjid untuk melakukan
kegiatan beribadah dan sholat jumat dengan tempat yang layak, maka ada
seseorang yang dengan ikhlas mewakafkan tanahnya untuk didirikan masjid, Beliau
adalah Bapak Rasmali.
Bapak
Rasmali yang berbincang dengan sesepuh Dusun Wedisari, yang bernama Bapak
Jahri, mengatakan “bagaimana kalau tanah saya saja yang dibuat masjid ?”. Dan
karena kesungguhan niat dari masyarakat Wedisari akhirnya sesepuh Dusun
menyetujui usulan dari Bapak Rasmali selaku Wakif dari tanah masjid yang
sekarang berdiri. Bapak Jahri selaku sesepuh di Dusun Wedisari menjadi nadzir
atas wakaf tanah yang diberikan Bapak Rasmali.
Setelah
bermusyawarah dengan masyarakat, dibangunlah pondasi awal dari masjid. Selaku
ketua pembangunan adalah Bapak Dasi. Pembangunan masjid berjalan dengan lancar
meskipun banyak kendala yang datang menghalangi. Masjid ini dibangun dengan
swadaya dari masyarakat sekitar. Dengan iuran masyarakat dusun Wedisari yang
notabennya berpenghasilan pas-pasan, menurut Bapak Jahri selaku narasumber dan
juga Ketua Takmir Masjid menjelaskan pembangunan masjid itu menunjukan betapa besarnya
tekad dari masyarakat Dusun Wedisari.
Akhirnya
masjidpun berdiri, peresmian diadakan dengan pengajian umum yang mengundang
Ustadz/Kyai dari Batang. Beliau adalah Bapak Kyai Yamasari yang sekarang sudah
meninggal. Setelah mendengar cerita dari masyarakat tentang pendirian masjid
Wedisari, dengan swadaya sendiri tanpa bantuan dari instansi akhirnya Bapak
Kyai Yamasari kagum dengan pengorbanan masyakat Dusun Wedisari. Walaupun dengan
ekonomi yang terbilang pas-pasan tetapi mampu mendirikan sebuah masjid. Dari
semua itu, pak Kyai meresmikan dan memberi nama masjid itu “Masjid Baitur
Rohman”.
Setelah
berdiripun masih banyak halangan yang datang, seperti, berdirinya masjid lagi
di RT yang satunya. Di Dusun Wedisari ada dua RT, yang letaknya di utara dan
selatan. Masjid ini terletak di RT selatan sedangkan masjid yang akan didirikan
ada RT utara. Sehingga di satu Dusun ada dua masjid yang digunakan untuk sholat
jum’at. Tetapi atas usulan dari Bapak Asnawi selaku sesepuh yang sekarang sudah
meninggal melarang masjid selatan untuk sholat jum’at. Walaupun awalnya terjadi
penolakan tetapi lama kelamaan sholat jum’at hanya di satu tempat, jama’ah yang
jum’atan di masjid selatan bubar dengan sendirinya. Masyarakat Dusun kembali
rukun dengan jama’ah di satu masjid.
Jadi,
walaupun dengan rentetan sejarah yang penuh dengan perjuangan akhirnya Dusun
Wedisari memiliki masjid yang menjadi tempat ibadah semua masyarakat.