PELAJARAN 3
CITA-CITAKU MENJADI ANAK SHOLIH
Apakah
kamu pernah mendengar ada orang bercita-cita menjadi anak Sholih?
Biasanya kalau ada anak ditanya “Apa cita-citamu Nak?”. Jawabannya selalu saja “menjadi
dokter” atau “menjadi insinyur”, atau “menjadi pilot”. Nah, pelajaran ini menampilkan
sesuatu yang baru, yang dipelopori oleh seorang anak bernama Amin. Si Amin bercita-cita
menjadi anak Sholih. Walaupun kelak menjadi dokter, tetapi harus menjadi dokter
yang Sholih, atau insinyur yang Sholih, dan pilot yang Sholih. Apa arti “cita-cita”
itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cita-cita adalah “keinginan
(kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran, berkeinginan sungguh-sungguh”.
Nah, demikianlah si Amin, selalu saja dalam pikirannya berkeinginan menjadi
anak Sholih. Kemudian, siapa yang dinamakan anak Sholih itu? Apa
ciri-cirinya? Sholih artinya baik. Anak Sholih berarti anak yang
baik. Di antara ciri-ciri anak Sholih adalah taat kepada Allah Swt.,
jujur, hormat dan patuh kepada orang tua, hormat dan patuh kepada
guru, setia kepada kawan, serta menghargai sesama.
Diatas sudah
disebutkan ciri-ciri anak yang sholih. Tetapi pada kesempatan kali ini kita
hanya akan membahas tiga dari ciri-ciri anak sholih, yaitu :
1.
Orang yang Jujur di sayang Allah
2.
Hormat dan patuh kepada Orang tua dan guru
3.
Indahnya saling menghargai
Baiklah, langsung saja kita bahas yang pertama,
yaitu Orang yang Jujur di sayang Allah
1.
Orang yang
Jujur di sayang Allah
Anak-anakku kelas 5 yang pak guru sayangi,
orang yang jujur akan selalu di sayang oleh Allah. Sebagai contoh atauu
tauladan bagi kita adalah Rasulullah S.A.W. yang terkenal dengan julukan
”al-Amin” yang artinya orang yang terpercaya. Beliau, Nabi S.A.W. mendapat
julukan tersebut bahkan dari musuhnya.
Nah, anak-anakku kelas 5 yang di pak guru sayangi,
pada pelajaran kali ini perbuatan Jujur dibagi menjadi 3 yaitu jujur kepada
Allah, jujur kepada diri sendiri dan jujur kepada orang lain.
a. Jujur kepada Allah
Orang yang jujur kepada Allah selalu mentaati
perintah Allah dimanapun dan kapanpun. Sebagai contoh, ketika orang sudah jujur
kepada Allah maka dia tidak akan berani meninggalkan kewajiban, seperti sholat,
zakat, puasa ramadhan, dan ibadah wajib yang lain, karena ia merasa bahwa Allah
selalu mengawasinya. Maka dari itu jujur kepada Allah termasuk ciri-ciri anak
yang sholih.
b. Jujur kepada diri sendiri
Pada saat melakukan inspeksi mendadak di SD
Negeri 10 Pagi, Jakarta, pada hari Senin (6/5/2013), pak Nuh berkata: “Saya
berharap para guru menjalankan tugasnya dengan baik. Anak-anak juga dapat
konsentrasi dan mengerjakan soal dengan jujur.” Siapa pak Nuh? Pak
Nuh adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pak Nuh berharap
sikap jujur harus dibiasakan, karena kejujuran dapat meningkatkan prestasi dan
percaya diri. Bagaimana dengan ketidakjujuran?
Perilaku tidak jujur dapat mendatangkan petaka. Contoh, bagi siswa yang
menyontek
ketika ujian, mereka akan dinyatakan tidak lulus.
Artinya, jujur kepada diri sendiri adalah
mempercayai diri sendiri, bahwa dirinya mampu untuk melakukan hal itu tanpa
bantuan orang lain. Sebagai contoh diatas disebutkan siswa yang tidak mencontek
merupakan siswa yang jujur kepada diri sendiri. Oleh sebab itu, ketika
anak-anak semua ingin menjadi anak sholih maka mulailah dari diri sendiri. Jujurlah
pada diri sendiri.
c. Jujur kepada orang lain
Semua orang pasti pernah berjanji. Misalnya,
seorang siswa berjanji kepada bapak/ibu gurunya akan menyerahkan tugas PR pada
hari dan tanggal tertentu. Bila siswa tersebut memenuhi janjinya, maka gurunya
akan senang dan memberikan pujian. Apa yang terjadi jika siswa tersebut tidak
menepati janjinya? Maka gurunya pun akan memberikan hukuman bahkan bisa jadi
tidak memperoleh nilai yang bagus.
Maka
anak-anakku kelas 5, berusahalah untuk selalu jujur, baik itu jujur kepada
Allah, jujur kepada diri sendiri, maupun jujur kepada orang lain. Karena jujur
merupakan ciri-ciri anak yang sholih. Teladanilah Rasulullah S.A.W yang selalu bersikap jujur dimanapun dan kapanpun.
sumber :
- Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas V, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014