Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. merupakan sosok nabi yang
patut dicontoh. Mereka memberikan contoh yang baik kepada umatnya untuk
menjalankan setiap perintah Allah Swt. Mereka menguatkan niatnya dan meneguhkan
hatinya untuk menjalankan perintah Allah Swt. yang sangat sulit.
A. Kisah Keteladanan Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim a.s lahir di Babilonia (sekarang Irak). Ayahnya bernama
Azar bin Nahur. Kala itu, Babilonia dipimpin oleh seorang raja yang sangat zalim,
yaitu Namrud bin Kan’an bin Kush. Babilonia adalah negeri yang kaya. Rakyatnya
hidup makmur, tetapi mereka tidak mengenal Allah Swt. Penduduk Babilonia justru
menyembah patung. Lucunya, patungpatung itu dibuat oleh mereka sendiri.
1. Anak Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim a.s memiliki anak bernama Ismail dan Ishaq. Antara
Ismail dan Ishaq berbeda ibu, tetapi ayahnya tetap Ibrahim. Ibunda Ismail
bernama Hajar dan Ibunda Ishaq bernama Sarah. Menurut riwayat, keturunan Nabi
Ishaq a.s menurunkan Nabi Musa a.s. dan dari keturunan Nabi Ismail a.s. menurunkan
Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim a.s. dikenal sebagai Bapak
Para Nabi.
2. Kehidupan Nabi Ibrahim a.s.
Ibrahim sejak kecil hidup di lingkungan yang penuh kemusyrikan
dan kekufuran. Beliau dibesarkan oleh seorang ayah yang tidak seiman dengannya.
Ayah Ibrahim ahli dalam memahat patung. Patung-patung ini dijual kepada
penduduk Babilonia. Patung-patung itulah yang kemudian dijadikan sesembahan. Ayah
Ibrahim menyuruh Ibrahim untuk menjual patungpatung itu. Namun, berkat
bimbingan Allah Swt., Ibrahim dengan halus menolak perintah ayahnya. Menurut
Ibrahim, kebiasaan penduduk Babilonia, termasuk ayahnya sendiri keliru. Satu-satunya
cara menyadarkan penduduk Babilonia kembali ke jalan yang benar adalah
menyadarkan atas kelemahan patung sebagai sesembahan. Hanya Allah Swt. Yang
Maha Esa dan Mahakuasa yang berhak disembah. Dialah pencipta alam semesta
beserta isinya. Patungpatung itu tidak dapat membela dirinya sendiri, apalagi membela
kawannya.
3. Nabi Ibrahim a.s. Mencari Tuhan yang Sebenarnya
Masyarakat Babilonia sudah lama sebagai penyembah bintang-bintang
dan patung-patung. Ibrahim terus berusaha mencari kebenaran agama yang dianut
oleh keluarganya. Ketika malam telah gelap, Ibrahim menyaksikan sebuah bintang. Dia sempat berpikir bahwa bintang itu Tuhannya, tetapi tatkala bintang
itu tenggelam, dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian,
tatkala dia melihat bulan terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku. "Setelah
bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat. "Kemudian, tatkala ia
melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar." Tatkala matahari itu
terbenam, dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." Sesungguhnya aku
menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. "Inilah yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi
Ibrahim a.s. dalam menolak agama yang dipercayai kaumnya serta menerima Tuhan yang
sebenarnya.
4. Menyaksikan Kekuasaan Allah Swt.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 260, dijelaskan bahwa
Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah Swt. memohon supaya diperkenankan melihat kekuasaanNya. “Ya Allah, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan makhluk yang sudah mati”, demikian suatu hari Nabi Ibrahim a.s.
berdoa. Keinginan itu dikabulkan. Kemudian, Allah Swt. menyuruh Nabi Ibrahim a.s.
menangkap empat ekor burung. Setiap burung diberi tanda. Selanjutnya, burung
itu dicincang. Bagian-bagiannya dicampur satu sama lain. Potongan tubuh keempat burung itu dibawa. Lalu, diletakkan di puncak empat buah bukit.
Keempat bukit itu letaknya berjauhan satu sama lain. Kemudian, Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Ibrahim
a.s. memanggil burung-burung itu. Dengan izin Allah Swt., burung-burung itu
hidup kembali. Semuanya utuh seperti sediakala. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Tak ada yang sanggup menghalangi
kehendak-Nya. Hanya dengan kata kun (jadilah), hal yang dikehendaki-Nya pasti terbukti. Allah Mahakuasa,
menghidupkan yang mati sangatlah mudah bagi-Nya. Nabi Ibrahim a.s. telah melihatnya sendiri. Hatinya makin
mantap, keyakinannya makin kuat, keimanannya makin hebat.
5. Berdakwah kepada Ayahnya
Azar tidak hanya pembuat patung, tetapi ia juga menyembah
patung. Sebelum berdakwah kepada penduduk Babilonia, Nabi Ibrahim a.s. harus menyadarkan dulu ayahnya. Berdakwah
kepada ayahnya tidaklah mudah karena ayahnya tetap bersikukuh dengan
keyakinannya. Usaha Nabi Ibrahim a.s. sudah maksimal, Allah Swt. Yang menentukan.
Sebagai anak, Nabi Ibrahim a.s. sangat ingin menyelamatkan ayahnya. Sikap
ayahnya yang menolak ajaran Allah Swt. tidak membuat Nabi Ibrahim a.s. larut
dalam kesedihan. Sikapnya tetap teguh untuk menyebarkan pesan-pesan Allah Swt.
6. Raja Namrud yang Zalim
Raja Namrud memerintah dengan kejam. Semua orang harus taat,
tidak boleh melawannya. Jika ada yang berani melawan, nyawa taruhannya. Rakyat hidup bagaikan budak. Keadaan itu tidak
membuat Namrud puas. Ia merasa dirinya layak disembah. Ia ingin dipertuhankan. Ia berpikir, rakyat
pasti mau menyembahnya. Patungpatung yang tak bernyawa saja disembah, apalagi
raja yang sangat berkuasa.
7. Menunjukkan Kelemahan Patung
Nabi Ibrahim a.s. berdakwah tak kenal lelah, tetapi penduduk
Babilonia menolak keras. Mereka tetap pada keyakinannya menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri. Namun, Nabi
Ibrahim a.s. tidak kehilangan akal. Ada rencana lain, barangkali penduduk Babilonia memerlukan
bukti. Orang-orang Babilonia mempunyai suatu tradisi, yaitu setiap tahun mereka pergi meninggalkan
negerinya. Sewaktu Raja Namrud dan kaumnya meninggalkan negeri, kampung mereka
ditinggalkan kosong. Kesempatan itu dipergunakan Nabi Ibrahim a.s. untuk menghancurkan patung-patung Raja Namrud
dan kaumnya. Dengan kapak yang telah dipersiapkan, mulailah Nabi Ibrahim a.s. menghancurkan
patung-patung itu satu per satu. Hanya satu patung yang paling besar tidak dihancurkan. Lalu, kapak yang
dipergunakan menghancurkan patungpatung itu dikalungkan di leher patung yang
paling besar tadi.
8. Akibat Perbuatan Ibrahim
Ketika Raja Namrud dan kaumnya datang ke pusat pemujaan, betapa
terkejutnya mereka semua karena patung-patung sembahan mereka hancur. Maka, tak pelak lagi, Ibrahimlah yang
dituduh. Nabi Ibrahim a.s. akhirnya dipanggil dan diadili. Raja Namrud bertanya
kepada NabiIbrahim a.s., “Apakah kamu yang menghancurkan patungpatung
sesembahan kami?” “Aku pikir barangkali berhala besar itulah yang melakukannya. Bukankah kapak yang ada di lehernya yang membuktikan
perbuatannya?” kata Ibrahim. “Mana mungkin berhala bisa berbuat seperti itu!”
kata Namrud. “Kalau begitu mengapa engkau sembah patung yang tidak bisa berbuat apa-apa?” kata
Ibrahim. Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim a.s. itu, orang-orang yang
menyaksikan banyak yang sadar. Selama ini mereka telah menyembah patung-patung
yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa bicara. Melihat
keadaan demikian Raja Namrud makin murka. Raja Namrud akhirnya memutuskan bahwa Nabi Ibrahim a.s. harus
dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup. Setelah kayu bakar dikumpulkan, Nabi
Ibrahim a.s. diikat dan dilempar dengan alat pelontar yang membara. Api menjalar
mendekati Nabi Ibrahim a.s. akan tetapi, ia tetap tenang. Hatinya bertawakal.
Ia yakin Allah Swt. tak akan membiarkannya. Allah Swt. pasti menolong orang
yang berjuang di jalan-Nya. Ketika api menyala makin besar, Raja Namrud dan pengikutnya tertawa riang.
Mereka menyangka bahwa Ibrahim telah hancur menjadi abu. Akan tetapi, betapa terkejutnya mereka
melihat keajaiban yang tidak disangka-sangka. Setelah api padam, Nabi Ibrahim a.s. tiba-tiba berjalan keluar
dari puing-puing pembakaran api dengan selamat tanpa luka sedikit pun. Allah Swt. menunjukkan kekuasaan dan
kasih sayangnya kepada Nabi Ibrahim a.s. dan kaumnya.
B. Kisah Keteladanan Nabi Ismail a.s.
1. Keluarga Nabi Ismail a.s.
Setelah berdakwah di Babilonia dan beberapa lama tinggal di
Mesir, Nabi Ibrahim a.s. bermaksud pindah ke Palestina bersama istrinya. Karena
lama tidak memiliki anak, kemudian beliau berdoa kepada Allah Swt. Agar dikarunia
anak yang saleh. Berkat doa itu, Ibrahim dikaruniai seorang anak laki-laki
bernama Ismail. Ibu Nabi Ismail a.s. bernama Hajar.
2. Hijrah ke Mekkah
Dengan bertawakal kepada Allah Swt., Nabi Ibrahim a.s.
meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail tanpa tempat tujuan yang tertentu.
Ia hanya berserah diri kepada Allah Swt. yang akan memberi arah kepadabinatang
tunggangannya. Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh, tibalah
pada akhirnya Nabi Ibrahim a.s bersama istri dan anaknya Ismail di Mekkah. Di
kota itu, Ka’bah didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s. dan menjadi
kiblat manusia dari seluruh dunia. Di tempat itu, Masjidil Haram sekarang
berada.
3. Ditinggal di Tempat yang Gersang
Lelah masih belum hilang. Perintah Allah Swt. Sudah datang
kepada Nabi Ibrahim a.s. Di Mekkah, Hajar dan Ismail harus ditinggalkan,
padahal tempat itu sangat gersang, tak ada air dan tanaman yang subur. Nabi Ibrahim
a.s. mengatakan kepada istrinya bahwa ini adalah kehendak Allah Swt. dan harus
bertawakal kepada-Nya. Hajar berkata, “Ke manakah Engkau akan pergi? Apakah Allah
yang menyuruhmu melakukan hal ini?” Nabi Ibrahim a.s. menjawab, “Benar, Allah-lah
yang menyuruh kita ke sini. Percayalah Allah Maha Penyayang, tidak mungkin menelantarkan
kalian”.
4. Munculnya Air Zam-zam
Hajar mematuhi perintah Ibrahim dengan sabar. Ia makan dari
bekalnya dan minum dari air yang ditinggalkan Nabi Ibrahim a.s. sampai habis.
Beberapa hari kemudian, persediaan bekal sudah habis. Tak ada lagi makanan dan minuman.
Hajar kebingungan, ke mana ia harus mencari
makanan. Kebingungan bertambah manakala terdengar tangisan Ismail kehausan.
"Hajar melirik ke kanan dan ke kiri, pandangannya ke sana kemari mencari
air. Begitu gigihnya Hajar, ia berlari menuju bukit Safa barangkali bisa
mendapatkan air, ternyata tidak ada air sedikit pun.
Kemudian, ia pun berlari-lari kepayahan sampai tiba di suatu tempat lain yang
bernama Marwah. Di sana, pun tidak ada air. Kejadian itu sampai berulang-ulang,
bolakbalik sebanyak tujuh kali ia berlari antara bukit Safa dan Marwah.
Diriwayatkan bahwa Hajar berada dalam keadaan tidak
berdaya dan hampir berputus asa. Namun, pertolongan Allah Swt. datang
kepadanya.
Atas kekuasaan Allah Swt. melalui Malaikat Jibril, keluarlah mata air Zam-zam.
Air itu dapat memenuhi keperluannya sehari-hari.
5. Pengorbanan Nabi Ismail a.s.
Nabi Ismail a.s. adalah anak yang patuh dan taat pada perintah
Allah Swt. serta hormat kepada orang tuanya. Ketaatan dan kepatuhan Nabi Ismail
a.s. diuji oleh Allah
Swt. Ketika Nabi Ismail a.s. menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim a.s dan Hajar
diuji oleh Allah Swt. Peristiwa ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat as-Saffat
ayat 102-111,
yaitu:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu!"
Ia menjawab: "Hai Bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk
orang-orang yang sabar." (ayat 102)
"Tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya )." (ayat 103)
"Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang
yang berbuat baik." ( ayat 104-105)
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata."
(ayat 106)
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar". (ayat 107)
(Sesudah nyata kesabaran danketaatan Ibrahim dan Ismail a.s.
maka Allah Swt. Melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan kurban. Allah Swt.
menggantinya dengan seekor kambing. Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya
kurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji). "Kami abadikan untuk Ibrahim
itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim." (ayat 108-109)
"Demikianlah Kami memberi balasan kepada orangorang yang
berbuat baik." (ayat 110) "Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami
yang beriman." (ayat 111)
Dan inilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada
setiap hari raya Idul Adha tanggal 10 Zulhijjah.
6. Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Membangun Ka’bah
Pada satu ketika, Nabi Ibrahim a.s. menerima wahyu dari Allah
Swt. agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Nabi Ismail
a.s. berkata, “Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan
membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”
Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah Ayat 127: "Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui." Mulailah keduanya membangun Ka’bah hingga selesai dan
tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri ketika itu dikenal dengan Maqam Ibrahim.
Kemudian, Allah Swt. memberi wasiat kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail
a.s. untuk membersihkan
Ka’bah dari kotoran, perbuatan syirik dan penyembahan berhala untuk orang-orang
yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud.