Nabi diutus oleh Allah Swt. untuk menjadi teladan bagi umatnya. Allah
Swt. berjanji untuk mencintai siapa pun yang mencintai kekasih Allah Swt. Jika
kita bersungguh-sungguh mengenal dan meneladani kisah para Nabi, Allah Swt.
pasti mencintai kita.
A. Kisah Keteladanan Nabi Yusuf a.s.
1. Nabi Yusuf a.s. Bermimpi
Allah Swt. memberikan kedudukan yang mulia kepada Nabi Yusuf
a.s.. Nabi Yusuf a.s. juga diberi ilmu berupa tafsir mimpi. Nabi Yusuf a.s.
adalah putra Nabi Ya’qub a.s.. Yusuf mempunyai adik kandung bernama Bunyamin dan
10 saudara berbeda ibu (kakak-kakak Yusuf). Ayah Yusuf sangat dekat dengan
Yusuf setelah ibu kandungnya (bernama Rahel) meninggal dunia. Saat Rahel
meninggal,Yusuf baru berusia dua tahun. Kedekatan Yusuf dengan ayahnya
menimbulkan rasa cemburu 10 saudaranya (yang tidak seibu). Mereka mulai tidak
menyukai Yusuf. Apalagi wajah Yusuf juga lebih tampan. Suatu hari, Yusuf
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, semuanya bersujud kepadanya. Yusuf kemudian menceritakan
mimpi itu kepada ayahnya. Ya’qub lalu berkata, ”Jangan kamu ceritakan mimpimu itu
kepada saudara-saudaramu, supaya mereka tidak tergoda oleh setan dan
mencelakakanmu.” Dengan mimpi itu, ayahnya mempunyai firasat bahwa Yusuf kelak
akan mendapat kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
2. Diajak Pergi Bermain untuk Dicelakai
Saudara-saudara Yusuf menghadap Ya’qub dan meminta izin akan
mengajak Yusuf bermain-main di hutan. Sang Ayah berkata, “Jangan mengajak Yusuf
ke hutan nanti ada serigala, dia masih kecil.” Namun, akhirnya mereka berhasil
membujuk ayahnya. Saudara-saudara Yusuf merencanakan untuk membunuh Yusuf.
Salah satu kakak Yusuf berpendapat agar jangan membunuh Yusuf, tetapi membuangnya saja ke dalam
sumur.
Yusuf dibawa ke hutan mendekati sumur tempat para pedagang
sering mampir mengambil air. Mereka pun membuang Yusuf ke dalam sumur.
Saudara-saudara Yusuf kemudian pulang dan berkata pada ayah mereka, “Wahai Ayah,
kami tadi sedang bermain dan berlomba memanah lalu kami tinggalkan Yusuf di
dekat barang-barang kami. Tiba-tiba, dia dimakan serigala. Apakah Ayah tidak percaya
kepada kami?" Mereka menunjukkan bekas baju Yusuf yang berlumuran darah
(palsu). Ayahnya berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik
urusan yang buruk itu, hanya bersabar adalah yang terbaik bagiku. Dan kepada
Allah Swt. saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu
ceritakan."
3. Diselamatkan Saudagar
Tidak lama kemudian, ada saudagar yang melewati sumur itu dan
mampir untuk mengambil air. Ketika menurunkan timbanya, Nabi Yusuf a.s.
berpegangan pada timba dan ikut ditarik ke atas. Saudagar itu terkejut bukan
kepalang mendapati anak kecil bergelantung di timbanya, “Oh, ini ada seorang
anak yang bisa kita bawa dan kita jual sebagai barang dagangan.” Sesampainya di
pasar, Yusuf dijual. Pembelinya adalah penguasa di negeri itu. Sang pembeli
meminta kepada isterinya, Zulaikha, agar memperlakukan Yusuf dengan baik. Waktu
berjalan terus. Lambat laun, Yusuf menjadi pemuda yang cerdas.
4. Mimpi Raja
Pada suatu hari, Raja bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina
yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum
lainnya yang kering. Raja segera mengumpulkan para penasihat untuk menjelaskan makna mimpinya. Namun, tak
seorang pun bisa menjelaskan makna mimpi itu.
Seorang pelayan melapor kepada Raja, “Baginda, saya punya
informasi tentang orang yang pandai menjelaskan mimpi. Maka, utuslah aku kepadanya.” Pelayan kemudian diperbolehkan menemui
Yusuf di penjara dan menceritakan perihal mimpi Raja. Ketika itu, Yusuf sedang dimasukkan ke penjara
meskipun tidak bersalah. Yusuf menjelaskan kepada Raja, “Hendaklah kalian bercocok tanam tujuh tahun
berturut-turut. Kemudian, ketika kalian panen, hendaklah menyimpan makanan dengan cara membiarkan
tangkainya kecuali sedikit untuk dimakan. Sebab, setelah tujuh tahun itu, akan datang tujuh tahun kemudian
masa yang amat sulit. Pada masa sulit tersebut, kalian akan menghabiskan simpanan makanan sebelumnya.
Setelah itu, akan datang tahun di mana manusia diberi hujan dengan cukup dan mereka memeras anggur.” Raja
tertegun dengan penjelasan Yusuf yang masuk akal. Kemudian, Raja mengangkat
Yusuf sebagai pejabat negara urusan pangan.
5. Nabi Yusuf a.s. Menduduki Jabatan
Mulailah Nabi Yusuf a.s. menjadi pejabat keuangan. Lalu,
datanglah masa sulit sebagaimana mimpi yang ditafsirkan Yusuf. Orang mulai memburu bahan makanan dan berduyun-duyun datang
ke gudang makanan yang disediakan kerajaan. Tampak di antara mereka adalah saudara-saudara Yusuf a.s.
Yusuf mengenal mereka, sedangkan mereka tidak mengenali Yusuf lagi. Mereka mengira Yusuf sudah lama
meninggal dunia. Saat itu, Yusuf mendekati mereka dan bertanya tentang asal usul daerah dan keluarga
mereka. Mereka menjelaskan semuanya. Yusuf bertanya, “Kenapa saudara kalian yang kecil, yang bernama
Bunyamin itu tidak ikut ke sini? Untuk besok, bawalah dia atau kalian tidak
akan mendapatkan bahan makanan seperti hari ini."
6. Bunyamin Datang ke Istana
Ketika saudara-saudara Yusuf kembali ke rumah, diceritakanlah
kepada ayah mereka tentang pertemuan dengan pejabat tinggi kerajaan yang meminta Bunyamin ikut dalam perjalanan yang
akan datang. Tentu sang Ayah khawatir kejadian yang pernah menimpa Yusuf a.s terulang kembali. Namun,
karena persoalan makanan sangat penting, akhirnya Bunyamin diizinkan untuk ikut. Ayah mereka, Nabi
Ya’qub a.s., kini sudah tua dan kehilangan penglihatan karena sering bersedih dan menangis mengingat nasib
Yusuf. Para putra Ya'qub kini datang kembali ke kerajaan dengan membawa
Bunyamin. Di tengah kesibukan menumpuk bahan makanan, Yusuf secara diam-diam menghampiri
Bunyamin dan membisikinya, “Wahai Bunyamin, sesungguhnya aku adalah saudaramu,
Yusuf. Allah telah melindungiku dan memberiku kekuatan. Nanti akan kususun rencana
agar kamu tertinggal di kerajaan ini dan saudara-saudaramu biarkan pulang ke
rumah.” Yusuf kemudian secara sembunyi memasukkan gelas emas milik kerajaan ke
dalam karung milik Bunyamin. Ketika mereka akan meninggalkan istana raja,
tiba tiba pengawal istana mengumumkan telah terjadi pencurian piala dan mencegat
semua kafilah. Saudara saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak datang untuk
mencuri. Namun sayang, ternyata para pengawal kerajaan menemukan piala itu di dalam karung Bunyamin. Bunyamin pun ditahan dan
saudaranya yang lain dipersilakan pulang. Saudara-saudara Yusuf a.s. kemudian
kembali kepada ayah mereka di Palestina tanpa Bunyamin. Mereka mengabarkan apa
yang telah terjadi. Ayahnya bertambah sedih mendengar kejadian yang menimpa dan
berkata, “Wahai anak-anakku, pergilah kalian mencari berita tentang keberadaan
Yusuf dan Bunyamin dan jangankamu berputus asa.”
7. Saudara-Saudara Nabi Yusuf a.s. Menyadari Kesalahan
Sewaktu mengambil makanan berikutnya, Yusuf a.s. mempertemukan
Bunyamin dengan saudara-saudaranya. Yusuf berkata, “Sadarkah kalian tentang
perbuatan apa yang telah kalian lakukan kepada saudara kalian sendiri, Yusuf dan Bunyamin.” Mereka sangat terkejut karena di hadapan mereka ternyata
adalah Yusuf, yaitu adik mereka yang pernah mereka buang ke dalam sumur,
“Apakah engkau Yusuf?” Nabi Yusuf a.s. menjawab, “Benar, aku Yusuf."
Mereka mengakui kesalahan dan memohon maaf atas perbuatan mereka membuang
Yusuf. Nabi Yusuf a.s. berkata, “Kalian tidak akan dihukum dan dipersalahkan.
Aku mohon kepada Allah Swt. ampunan dan rahmat bagi kalian dan Allah Maha
Penyayang.” Setelah menanyakan keadaan ayahnya, Yusuf a.s. kemudian mengirim
jubahnya supaya diusapkan ke wajah ayahnya sembari meminta agar ayahnya segera diajak
menuju istana.
8. Nabi Yusuf a.s. Bersatu Kembali dengan Keluarganya
Sebelum sampai ke rumah, Ayah mereka berkata, “Bahwa sesungguhnya
aku telah mencium keberadaan Yusuf yang masih hidup.” Maka benarlah, ketika
mereka tiba, jubah Yusuf diusapkan ke wajahnya dan muncullah kegembiraan di
hati Ayah. Penglihatan ayahnya pun dengan izin Allah Swt. telah pulih kembali. Saudara-saudara
Yusuf a.s. dan ayahnya segera berangkat menuju Mesir. Nabi Yusuf a.s. menyambut
kedatangan keluarganya. Nabi Yusuf langsung duduk di samping ayahnya. Setelah selesai
pertemuan, seluruh keluarga Yusuf diminta tinggal di istana. Kemudian, Nabi
Yusuf a.s. menyatakan, “Inilah mimpiku sewaktu masih kecil dulu, melihat
sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadaku. Allah Swt. mewujudkannya
dengan banyak kebaikan kepadaku dan membebaskanku dari penjara serta
mempertemukan kita kembali.”

B. Kisah Keteladanan Nabi Syu’aib a.s.
1. Kesesatan Kaum Madyan
Nabi Syu’aib a.s. berasal dari
suku Madyan. Suku Madyan adalah orang-orang Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama Ma’an di pinggiran negeri Syam. Saat ini, Syam dikenal sebagai negeri Syiria.
Kaum Madyan, kebanyakan bekerja sebagai pedagang karena kota mereka tempat persinggahan
kafilah-kafilah dagang. Kaum Madyan tidak beriman kepada Allah Swt. Mereka menyembah
berhala. Selain syirik, ada kebiasaan buruk yang suka dilakukan kaum Madyan
yaitu suka berbuat curang. Mereka mengurangi takaran dan timbangan jika mereka menjual suatu barang. Allah Swt. mengutus Nabi Syu’aib a.s. untuk
menyeru mereka supaya menyembah hanya kepada Allah Swt., tidak
menyekutukan-Nya.
2. Nabi Syu’aib a.s Melarang Kecurangan
Nabi Syu’aib a.s melarang mereka
melakukan perbuatanperbuatan yang buruk. Nabi Syu’aib a.s mengajak orangorang
Madyan untuk berbuat adil dan jujur dalam berjualbeli. Di dalam al-Qur’an surat
Hud ayat 85, dijelaskan bahwa Nabi Syu’aib a.s. berkata kepada kaum Madyan, “Wahai
kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di
bumi dengan berbuat kerusakan.” Nabi Syu’aib a.s. mengingatkan kaumnya pada
kenikmatan yang mereka dapatkan agar mereka bersyukur. Kaum Nabi Syu’aib a.s.
tetap tidak mau mengikuti ajakannya. Bahkan, mereka mengejeknya, mengancam Nabi Syu’aib a.s. dengan
berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan
itu, sedang kenyataannya, kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami
telah menganiaya engkau, sedang engkau pun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami." Syu’aib
berkata,”Dan wahai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang
menghinakan dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah! Sesungguhnya, aku bersamamu
adalah orang yang menunggu."
3. Kebinasaan Kaum Madyan
Kaum Madyan benar-benar ingkar.
Kebenaran telah ditolak dan mereka menantang ajakan Nabi Syu’aib a.s., sedangkan Nabi Syu’aib a.s. telah bersabar. Nabi Syu’aib a.s. merasa khawatir
terhada kaumnya akan azab yang menimpa mereka. Maka, Allah Swt. membinasakan kaum Madyan. Mereka disambar
petir yang sangat keras disertai dengan gempa yang sangat kuat sehingga mati
bergelimpangan. Kaum Madyan dibinasakan dan dijauhkan dari rahmat Allah Swt.
karena menolak untuk beriman kepada Allah SWT.
Sumber :
- Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas III, Edisi Revisi, Kemendikbud, 2018